Banyak Jalan Menuju MAKKAH

Kalau lagi musim haji begini, rasanya pengin sekali pergi ke Makkah sana kayak orang lain. Tapi ongkos pergi ke sana dari tahun ke tahun selalu naik. Yach…namanya juga naik haji. Kalo gak bener-bener niat dan nabung demi untuk kesana, rasanya sulit buat mewujudkan impian naik haji.
Tapi Allah Maha Kuasa. Jika Dia berkehendak memanggil kita, kita pasti akan ke sana. Lalu bagaimana ikhtiar kita?
Untuk haji yang non fisik alias hanya dapat pahalanya saja tanpa harus pergi ke Makkah, Rasulullah sudah banyak memberikan resep. Diantara:
Pesan Rasulullah kepada Aisyah r.a. sebelum tidur. Rasul meminta Aisyah melakukan 4 hal sebelum tidur, yaitu menghatamkan al-Qur’an, meyakini bahwa semua Nabi akan memberikan syafaat kepadanya, membuat ridho seluruh kaum muslimin dan terakhir melakukan haji dan umroh. Bayangkan, kapan tidurnya kalo sebelum tidur harus melakukan empat hal itu? Singkatnya untuk haji dan umroh, Rasul bilang bahwa cukup dengan membaca “subhanallah walhamdulillah wala ilaha illa Allah, Allahu akbar”, maka pahalanya sama dengan melaksanakan haji dan umrah.
Rasul bersabda, Barangsiapa yang melaksanakan sholat subuh lalu dia tidak beranjak dari tempat duduknya (untuk berdzikir) sampai terbitnya matahari, maka seolah-seolah ia melaksanakan haji dan umrah secara sempurna.

Tapi bagaimana kalau tetap ingin pergi ke Makkah juga? Rasanya belum ‘marem’ kalau belum berangkat kesana. Inilah masalahnya. Meski Rasulullah sudah secara tegas menyatakan bahwa ada amalan yang pahalanya setara dengan amalan haji, banyak yang tidak mau mengamalkannya dan tetap ingin pergi haji. Kalau ongkosnya tersedia, no problem. Bagaimana kalau duit nggak ada, tapi ngebet pengin ke sana juga ?

Mau tau caranya? Yang jelas bukan dengan merampok atau korupsi. Saya pernah mendengar carita dari seorang Kyai yang menceritakan suatu kisah berkaitan dengan hal ini.
Di Ponpes Lasem milik Almarhum Mbah Maksum, dulu ada seorang santri asal kota batik Pekalongan, sebut saja namanya Zainudin. Suatu ketika dia sowan kepada mbah Maksum dan mengatakan:
“Kyai, saya itu pengin sekali haji, tapi saya ndak punya uang”, katanya.
Kyai Maksum tersenyum, “Kamu betul-betul pengin pergi ke Makkah?” tanya beliau.
“Betul kyai, bisa nggak ya?”
“Bisa aja” Jawab Kyai Maksum. “Kamu baca sholawat Nariyah 4.444 x semalam. Harus kamu lakukan dalam satu malam”.
“Hanya itu kyai?”
“Iya, lakukan saja amalan itu, insya Allah kamu akan dapat jalan ke Makkah”.
Singkat cerita, malam Kamis Zainudin sudah siap-siap melaksanakan amalan yang diberikan Kyai Maksum. Malam itu dia sahur dan paginya puasa sunat Kamis. Malam Jum’at selepas sholat Isya’ dia mulai mengamalkan bacaan sholawat Nariyah 4444 x sampai menjelang subuh baru selesai.
Seminggu setelah dia mengamalkan bacaan itu, tiba-tiba dia mendapat telegram dari Pekalongan untuk segera pulang. Dia pun pamit kepada Kyai Maksum untuk pulang dulu ke Pekalongan.
Sampai di rumah, ternyata orang tuanya mengabarkan bahwa tetangganya yang sudah mendaftar Haji suami istri, tiga bulan yang lalu sang suami meninggal dunia. Padahal waktu pemberangkatan sudah dekat. Dia ditawari untuk menggantikan tiket sang suami pergi ke Makkah. Tapi syaratnya harus menikah dulu dengan janda yang ditinggal mati tadi.
Zainudin bingung. Dia tidak bisa langsung memutuskan. Akhirnya dia pamit kepada orang tuanya untuk konsultasi dengan Kyai Maksum di Rembang.
“Kyai, ternyata saya diminta menggantikan tiket haji yang kosong”
“Alhamdulillah, memang itu khan yang kamu inginkan?”
“Betul kyai, tapi saya harus menikah dulu dengan jandanya”
“Tidak apa-apa”
“Anaknya sudah tiga, kyai”
“Lha kemarin, amalannya kamu tambahi apa”
“Saya puasa dulu sebelumnya”
“Ya.. itulah bonus buat kamu. Dapat haji dan dapat janda beranak tiga. Terima sajalah”
Akhirnya diapun menerima dengan ikhlas.
Ada yang mau mengamalkannya?
.
READ MORE » Banyak Jalan Menuju MAKKAH

Kasihanilah anak-anak Kita

Alkisah, pada jaman dahulu ada seorang pedagang kaya sedang melakukan perjalanan melewati padang dan hutan. Sambil menunggang kuda, dibawa juga sekantong uang dalam perjalanan itu. Cukup banyak uang yang dibawa, karena memang dia adalah seorang pedagang yang sukses.
Setelah lama melakukan perjalanan, dia mulai merasa letih. Dilihatnya di depan ada sebuah pohon besar yang cukup rindang dan sebuah kolam yang rasanya cukup nyaman untuk sekedar mandi dan membersihkan badan. Ditambatkanlah kudanya diantara akar pohon yang bergelantungan disana. Tidak lupa kantong yang dibawanya juga diselipkan diantara sela-sela akar yang ada.
Setelah berhenti sejenak, kemudian mandi di kolam yang ada di depannya. Tidak lupa kudanyapun juga dimandikan. Segar sekali. Baik penunggang maupun kudanya, sudah siap untuk melanjutkan perjalanan lagi.
Akhirnya merekapun melanjutkan perjalanan. Barangkali karena sudah merasa segar, dia lupa lupa mengambil kantong diletakkannya di bawah pohon.
Tidak berapa lama setelah penunggang kuda itu pergi, datang seorang penggembala dengan beberapa ekor kambingnya. Karena tempat itu cukup sejuk, maka diapun beristirahat di tempat itu, sambil membiarkan kambing-kampingnya minum dari kolam yang ada di sana.
Setelah dirasa cukup, diapun menggiring kembali kambing-kambingnya untuk segera pulang ke rumahnya. Tapi ada satu kambing yang masih tetap ‘ndeprok’ tidak beranjak dari tempatnya. Didatangilah kambing itu dan ditariknya supaya bisa berdiri.
Begitu kambingnya berdiri, dia melihat sebuah kantong di tempat ndeproknya kambing itu. Dia ambil. Ternyata isinya uang yang sangat banyak. Tanpa pikir panjang lagi dia bawa kantong itu pulang ke rumahnya. Ini rejeki, pikirnya. Karena memang tempat itu sangat sepi dan tidak ada siapa-siapa.
Setelah penggembala itu pulang dengan membawa kantong penuh dengan uang, datang juga ke tempat itu seorang bakul pasar dengan dagangannya. Dia juga beristirahat di bawah pohon yang memang cukup nyaman tersebut. Begitu nyamannya sampai dia tertidur beberapa saat.
Tiba-tiba dia dikejutkan dengan suara kuda yang mendekat. Dilihatnya seorang penunggangnya buru-buru menghampirinya.
“Mana uangku?” tanya penunggang kuda itu.
Karena bakul pasar itu gak paham dengan maksud orang itu, dia hanya diam saja.
“Tadi aku meninggalkan kantong uang di tempat dudukmu itu, sekarang mana?” tanya penunggang kuda itu lagi.
“Hei bung, aku tidak tahu apa-apa tentang kantongmu. Aku baru sampai disini lalu tidur dan kamu mengejutkanku dengan kudamu itu.”. Jawab bakul pasar.
Demikian selanjutnya dua orang itu bertengkar. Yang satu nuduh, yang lainnya lagi tidak mau dituduh karena memang tidak mengambil. Sampai akhirnya keduanya berkelahi, dan terbunuhlah si penunggang kuda itu.

Ada tiga tokoh dalam cerita ini. Penunggang kuda, penggembala kambing dan bakul pasar. Dari hasil penelusuran sejarah ketiganya, ternyata apa yang terjadi pada ketiga orang itu masih berhubungan dengan orang tua mereka masing-masing. Dan yang jadi peran antagonis adalah bapak dari si penunggang kuda yang terbunuh itu.
Dulu, bapak dari si penunggang kuda itu membunuh bapak dari si bakul pasar. Selain itu bapak si penunggang kuda itu juga punya hutang yang tidak dibayar kepada bapak si penggembala kambing.
Apa yang bisa kita ambil pelajaran dari kisah diatas? Suatu saat kita semua akan menjadi orang tua. Sudah selayaknya kita berhati-hati dalam bersikap dan bertindak supaya anak-anak kita tidak menanggung dosa dari kesalahan yang kita perbuat. Jika kita menanam kebaikan dimasa kini, anak-anak kita juga akan mendapatkan kebaikan dari orang lain. Tapi kalau yang kita tanam keburukan, anak-anak kita akan memanen hasil kejahatan kita. Kasihan…!!!?
.
READ MORE » Kasihanilah anak-anak Kita

Apa yang Kita Harapkan dari Obama?

Euforia kemenangan Obama menyelmuti seluruh dunia, tak terkecuali di negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia. Masyarakat di negeri ini begitu suka cita menyambut kemenangan Obama sebagai orang nomor satu di Amerika, termasuk para santri di beberapa pesantren di Indonesia. Anak-anak, remaja dan orang tua mengelu-elukan Obama. Padahal mereka kenal pun tidak.
Entah apa yang membuat sebagian besar (?) masyarakat kita begitu bangga dengan terpilihnya Obama menjadi presiden AS. Barangkali karena adanya sedikit ikatan emosional, karena dia pernah tinggal di Menteng, sehingga banyak orang merasa bangga bahwa yang jadi presiden Amerika dulu tinggalnya di Indonesia. Mereka berharap agar Obama bisa merubah wajah dunia dan Amerika khususnya menjadi lebih santun, tidak arogan dan terutama bisa menjalin hubungan yang lebih baik dengan dunia Islam. Wabil khusus lagi bisa menghentikan arogansi Israel terhadap Palestina.
Kenyataannya? Ternyata Obama tidak jauh berbeda dengan para pendahulunya. Dia tetap mendukung langkah Israel dan terkesan sangat melindungi. Lihat saja pidatonya yang antara lain menyatakan:
“komitmen Amerika adalah melindungi kedaulatan Israel”
“Kedaulatan Israel tidak dapat diganggu gugat”
dan juga pidotonya yang menyalahkan Hamas karena menembakkan roket ke Israel.
Entah apa alasan Obama tetap mendukung Israel alias si Yahudi itu. Tapi kabar yang beredar menyatakan bahwa dana kampanye Obama banyak berasal dari kalangan Yahudi, sehingga dia tidak berani macam-macam dengan Yahudi.
Jadi masihkah kita berharap Obama akan bisa mengubah nasib ummat Islam di Palestina?
Kalau menurut saya, sebaiknya kita tidak usah banyak berharap. Yang bisa membesarkan dan mengubah nasib ummat Islam, adalah ummat Islam sendiri. Jangan mengandalkan orang lain untuk merubah nasib kita. Ingat pesan Allah Al-Qur’an surat al-Maidah ayat 51.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.”
Dan juga peringatan Allah akan begitu bencinya orang Yahudi kepada kita, juga dalam surat al-Maidah ayat 82.

Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.”

Tulisan ini tidak bermaksud untuk meminta orang membenci Obama ataupun kelompok etnis dan agama tertentu. Sebab Islam tidak menganjurkan demikian. Bahkan Rasulullah pun pernah meminta Sahabatnya Zaid, untuk belajar baca tulis kepada orang Yahudi. Tulisan ini lebih ditujukan pada ajakan bagi umat Islam dimanapun berada untuk lebih meningkatkan kemampuan dan kualitas hidup dalam segala bidang. Sehingga orang lain (baca: ummat agama lain) akan memperlakukan kita dengan lebih baik, lebih hormat dan tidak dipandang sebelah mata. Kita juga bisa berdiri dan berjalan kemanapun dengan kepala tegak.
.
READ MORE » Apa yang Kita Harapkan dari Obama?

Privacy Policy

risalah-ku.blogspot.com Privacy Statement

What follows is the Privacy Statement for all risalah-ku.blogspot.com websites (a.k.a. blogs) including all the websites run under the blogspot.com domain.
Please read this statement regarding our blogs. If you have questions please ask us via our contact form.

Email Addresses

You may choose to add your email address to our contact list via the forms on our websites. We agree that we will never share you email with any third party and that we will remove your email at your request. We don't currently send advertising via email, but in the future our email may contain advertisements and we may send dedicated email messages from our advertisers without revealing your email addresses to them. If you have any problem removing your email address please contact us via our contact form.

Ownership of Information

risalah-ku.blogspot.com is the sole owner of any information collected on our websites.

Comments/Message Boards

Most risalah-ku.blogspot.com websites contain comment sections (a.k.a. message boards). We do not actively monitor these comments and the information on them is for entertainment purposes only. If we are alerted to something we deem inappropriate in any way, we may delete it at our discretion. We use email validation on most of our message boards in order to reduce "comment spam." These email addresses will not be shared with any third party.

Cookies

Currently we assign cookies to our readers in order to save their preferences. This data is not shared with any third party. Accessing our websites is not dependent on accepting cookies and all major browsers allow you to disable cookies if you wish.
Third Party Cookies
Many of our advertisers use cookies in order to determine the number of times you have seen an advertisement. This is done to limit the number times you are shown the same advertisement. risalah-ku.blogspot.com does not have access to this data.

Traffic Reports

Our industry-standard traffic reporting records IP addresses, Internet service provider information, referrer strings, browser types and the date and time pages are loaded. We use this information in the aggregate only to provide traffic statistics to advertisers and to figure out which features and editorials are most popular.

Legal proceedings

We will make every effort to preserve user privacy but risalah-ku.blogspot.com may need to disclose information when required by law.

Business Transitions

If risalah-ku.blogspot.com is acquired by or merges with another firm, the assets of our websites, including personal information, will likely be transferred to the new firm.

Links

risalah-ku.blogspot.com websites frequently link to other websites. We are not responsible for the content or business practices of these websites. When you leave our websites we encourage you to read the destination site's privacy policy. This privacy statement applies solely to information collected by risalah-ku.blogspot.com

Notification of Changes

When risalah-ku.blogspot.com makes changes to this privacy policy we will post those changes here.

Contact Information

If you have any questions regarding our privacy policy, please contact us.
READ MORE » Privacy Policy