Sejarah Maulid Nabi

Maulid berasal dari kata kerja walada yang berarti melahirkan. Sedangkan maulid adalah isim zaman yang berarti waktu kelahiran. Maulid an-Nabi (Maulid Nabi) berarti hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Bagaimana sejarahnya hari kelahiran Nabi diperingati oleh umat Islam di dunia, bahkan di Negara kita pada tanggal 12 Rabi'ul Awwal dijadikan sebagai hari libur?

Peringatan Maulid Nabi diperingati pertama kali pada masa Panglima Shalahuddin al-Ayyubi. Seorang gubernur yang pusat kekuasaannya berada di Kairo Mesir dan memegang kekuasaan pada tahun 1174-1193 M. . Di kalangan orang Barat, Sholahuddin dikenal dengan nama Saladin. Ketika itu beliau melihat ummat Islam mengalami kemerosotan semangat juang. Tidak seperti para pejuang terdahulu yang begitu membara semangatnya. Dia berpikiran bahwa semangat ummat Islam harus dibangkitkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan kepada Nabinya. Karenanya dia mengajak seluruh ummat Islam di dunia untuk memperingati hari kelahiran Nabi pada tanggal 12 Rabiul Awwal secara besar-besaran.

Ide itu beliau sampaikan kepada Khalifah An-Nashir di Baghdad. Ternyata khalifah menyambut baik ide tersebut dan memberi lampu hijau kepada Shalahuddin untuk merealisasikannya. Maka pada musim haji bulan Dzulhijjah di tahun 1183, sebagai penguasa haramain (Makkah – Madinah) Shalahuddin menginstruksikan kepada seluruh jamaah haji dari seluruh dunia agar sekembalinya dari tanah suci, mereka mengadakan peringatan Maulid Nabi di kampung halaman masing-masing dimulai pada tahun berikutnya, yaitu tahun 1184 M. Isi peringatan Maulid Nabi itu adalah berbagai kegiatan yang bisa membangkitkan semangat umat Islam.

Meskipun Sultan ketika itu sudah menyetujuinya, namun para ulama menentangnya. Alasannya sejak zaman Nabi belum pernah ada peringatan semacam itu, dan itu dianggap sebagai bid'ah. Lagi pula hari raya resmi dalam Islam hanya ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Shalahuddin tidak bergeming. Baginya perayaan Maulid hanyalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk syiar agama dan bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai perbuatan bid'ah. Kalaupun itu dianggap bid'ah, termasuk bid'ah hasanah.

Pada masa Shalahuddin sendiri kegiatan yang dilaksanakan pada saat perayaan Maulid Nabi antara lain adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin. Seluruh Ulama dan Sastrawan diundang untuk turut berpartisipasi. Pemenang untuk lomba ini ketika itu adalah Syeikh Ja'far al-Barzanji. Karya beliau terkenal hingga saat ini sebagai kitab Barzanji yang sering dibaca pada saat perayaan Maulid Nabi di kampung-kampung.

Apa yang dilakukan oleh Shalahuddin ternyata berbuah hasil yang positif. Semangat juang kaum muslimin bergelora kembali. Sehingga ketika terjadi perang Salib pada tahun 1187 M, umat Islam berhasil merebut Yerussalem dari tangan bangsa Eropa dan mengembalikan Masjid al-Aqsa kepada ummat Islam sampai sekarang.

2 komentar:

Maulana Mufti mengatakan...

Sekedar Sharing...
http://muslim.or.id/manhaj/antara-cinta-nabi-dan-perayaan-maulid-nabi-1.html

http://salafiyunpad.wordpress.com/2007/09/27/pencetus-pertama-maulid-nabi/

http://muslim.or.id/manhaj/antara-cinta-nabi-dan-perayaan-maulid-nabi-2.html

http://muslim.or.id/manhaj/antara-cinta-nabi-dan-perayaan-maulid-nabi-3.html

Unknown mengatakan...

Syukrulillah...

Posting Komentar