Mengejar Sebuah Amanat

Beberapa saat setelah Rasulullah wafat, ummat islam dari kaum Muhajirin dan kaum Ansor berkumpul di sebuah rumah milik Bani Saidah. Pada awalnya kedua kelompok sahabat Nabi tersebut berkumpul sendiri-sendiri. Namun akhirnya mereka berkumpul menjadi satu, untuk membicarakan siapa pengannti Rasulullah yang akan memimpin kaum mislimin dan mengatur urusan mereka selanjtunya.
Dari hasil musyawarah yang sangat alot, akhirnya keluar tiga nama sebagai kandidat pengganti Rasul. Yaitu Abu Bakar dan Umar bin Khottob dari kaum Muhajirin, dan Said bin Ubadah dari kaum Ansor.
Setelah semua sepakat pada nama-nama itu, Abu Bakar lalu memegang tangan Umar dan Said sambil berkata: “Wahai kalian yang hadir, baitlah salah satu dari kedua orang ini untuk menjadi pemimpin kalian”. Belum lagi ada tanggapan dari hadirin, Umar dan Said memang dan mengangkat tangan Abu Bakar sambil berkata: “Engkaulah yang lebih pantas memimpin kami wahai Abu Bakar. Engkau menemani hijrah Rasul dan tinggal di dalam gua berdua dengan Rasul. Siapa lagi yang lebih baik dari engkau”.
Akhirnya Abu Bakar di baiat menjadi kholifah yang pertama oleh seluruh kaum muslimin pada waktu itu.
Itulah yang terjadi pada saat periode kepemimpinan Rasulullah berakhir dan harus mencari pemimpin baru. Sama sekali tidak tergambar dalam sejarah itu kesan ambisius untuk menjadi pemimpin, apalagi sampai berusaha mendapatkannya dengan segala cara termasuk money politic. Sama sekali tidak ada.Dalam pandangan mereka, jabatan/kepemimpian adalah amanat. Dan yang berhak memegangnya adalah orang yang punya kapasitas dan kualitas terbaik, dan itu dimiliki oleh Abu Bakar, sahabat terlama dan terdekat dengan Rasulullah. Yang merasa tidak pantas, tahu diri dengan mengundurkan diri dari pencalonan. Bukan tetap ngotot maju.
Negeri ini sebentar lagi juga akan mengakhiri periode kepemimpinan, setelah lima tahun berjalan. Eksekutif maupun legislatifnya akan berganti. Bisa jadi orang baru yang benar-benar baru yang akan menggantikannya, atau yang lama dan masih berkuasa, akan tetap berkuasa dan hanya berganti periode saja. Namun hiruk pikuk perburuan jabatan sebagai pemimpin maupun sebagai wakil rakyat sudah dimulai beberapa bulan lalu dan akan semakin ramai pada bulan-bulan ini.
Inilah fenomena yang terjadi sekarang. Orang beramai-ramai mengejar sebuah amanat. Bahkan kelaupun harus mengeluarkan sejumlah biaya, tidak masalah bagi mereka asal jabatan terpegang. Karena di dalamnya terdapat kemewahan, kenikmatan dan kemakmuran. Padahal tanggung jawab dalam mengemban sebuah amanat sangatlah berat, sampai-sampai langit dan bumi pun enggan memikulnya.
Sesungguhnya kami menewarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, mereka semua menolak, lalu manusia mengambilnya. Sesungguhnya dia sangat dholim dan bodoh.”
Al-Ahzab: 72
Inilah gambaran al-Qur’an tentang betapa bodoh dan dholimnya manusia. Tidak ditawari amanat, tapi malah menawarkan diri mengambilnya.
Seperti ini jugalah yang terjadi sekarang. Orang berlomba-lomba menawarkan dirinya agar dia dipilih, dilantik dan dibaiatt menjadi wakil orang lain dengan berbagai cara. Tenaga, pikiran dan biaya yang tidak sedikit dicurahkan dalam hal ini.
Anda mau tahu berapa biaya dibutuhkan untuk menjadi DPR RI? Menurut sebuah sumber, angkanya mencapi Rp. 5 M untuk daerah pemilihan yang meliputi 3 kabupaten saja. Dana sebesar itu sebagian besar hanya akan menjadi sampah dalam bentuk baliho, spanduk, pamlet, foto dan lain-lain.
Lalu, dari mana uang sebanyak itu diperoleh para caleg? Inilah masalahnya. Tidak semua caleg punya dana sebesar itu. Dan yang punya pun tidak serta merta mau mengeluarkan uangnya sendiri untuk kepentingan ini. Ada yang mencari sponsor dari pihak lain. Bisa dari pengusaha, pejabat atau orang lain yang punya kepentingan dengan dewan. Tentu saja ada perjanjian sang Caleg harus memperhatikan kepentingan sponsor jika kelak duduk di kursi dewan. Ini artinya sang wakil rakyat tidak lagi mewakili rakyat, tapi mewakili kepentingan sang sponsor. Padahal yang memilih adalah rakyat.
Jika begini jadinya, maka siap-siap saja kita tunggu kiamat di negeri ini. Rasulullah SAW suatu hari ditanya oleh seseorang, kapan kiamat datang? Beliau menjawab:
Jika amanat sudah disia-siakan, maka tunggulah kiamat”. (Hadis dari Abu Hurairah)
Semoga wakil-wakil rakyat yang terpilih kelak, betul-betul menjadi wakil rakyat yang amanat, sehingga 'kiamat' tidak segera datang ke negeri ini. Amin.
.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Aku mau golput aja deh, ngeri...Duit negara banyak terbuang di DPR. Sekali sidang berapa milyar tuh..

Posting Komentar